Pada hari Sabtu
tanggal 18 Juli 2015, saya di inbox oleh salah seorang wisatawan yang
berprofesi sebagai arstektur bangunan berasal dari Munster Jerman namanya Levin
Lehman. Dia mengenal saya lewat lembaga travel gratis dunia (Couch Surfing).
Couch Surfing adalah jenis media sosial yang di buat oleh Negara Amerka
Serikat. Couch Surfing ini juga menghubungkan saya dengan wisatawan di seluruh
dunia dan memang Couch Surfing in dikhususkan untuk wisatawan. Selama saya
bergabung di Couch Surfing ini kurang lebih 3 tahun sudah lebih dari 100 orang
wsatawan yang saya ajak berhasil datang di Pulau Nias. Beberapa wisatawan sudah
saya bantu untuk tempat singgah sementara di Pulau Nias karena Couch Surfing pada
hakekatnya mencari tuan rumah atau dengan kata lain para wisatawan yang berkunjung
ke suatu tempat objek wisata di seluruh dunia diberi tempat singgah sementara. Memang
tamu dari Couch Surfing ini seorang pemandu wisata tidak mendapat upah dari
jasa yang dia berikan karena kita bergantung pada perhatian wisatawan itu sendiri.
Buat saya bukan uangnya semata-mata tapi dengan saya berteman dengan wisatawan
ini ada banyak pengalaman dan ilmu yang saya dapatkan jelas termasuk tawaran di
berikan kepada saya. Contoh tawaran ini, bila wisatawan pulang ke negara asal
mereka siap membantu saya soal tempat tinggal sementara di negarannya.
Berbicara mengenai wisata pulau
Nias dimata wisatawan sangat indah. Kendahan alamnya pulau Nias membuat para
wisatawan betah tinggal di pulau Nias. Salah Seorang wisatawa yang profesinya
sebagai Arsitektur bangunan berasal dari Jerman (Levin Lehman) mengatakan
kepada saya bahwa kalau Nias ini di perhatikan dan di tata pariwisatannya maka
akan menunjang pendapatan daerah secara khusus dan Negara secara umum. Persoalannya
pariwsata di pulau Nias belum dimaksimalkan pembangunan parwisatanya padahal
Pulau Nias adalah daerah kepulauan di Sumatera Utara. Wisata bahari, wisata
alam, wisata budaya adalah andalan pulau Nias. Menurut saya kalau bidang
parwisata di Nias ini terus di perhatikan pembangunanya maka Nias ini tak kan
kalah saing dengan wisata Bali, Komodo, Danau Toba dan wisata lainya yang sudah
terkenal di Indonesia.
Ada beberapa faktor mengapa
Pariwisata Pulau Nias kurang maju. Menurut Kaldeht (10/082014) wisatawan asal Italia
ini menyarankan sebaiknnya jangan di
budayakan minta-minta uang kepada wisatawan, jangan membuang sampah di pantai
karena mengganggu pemandangan, jangan promosikan wisata yang tidak ada di pulau
Nias. Menurut Kaldeht, pelayanan menentukan wisata pulau Nias untuk maju, sadar
wisata adalah kompas untuk kemajuan suatu Pariwisata di pulau Nias dan bahkan
lebih menentukan kalau di Nias sudah ada hotel yang bertaraf internasonal dan
para pemandu wisata yang berpengalaman. Dari lebih seratus pulau di Pulau Nias
sebaiknya dibangun bandara atau pengadaan akan transportasi darat dan lautnya.
Mengamati kurang berkembangnya
pariwsata Pulau Nias maka mulai sekarang marilah kita bersama-sama
memperkenalkan wisata pulau Nias ke mata dunia lewat media social. Kita semua
bangga kalau pulau Nias menjad ikon wisata dunia.
Bro. Amos Gari